April 27, 2012

Bimbingan Pendidikan dan Bimbingan Belajar


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Peserta didik merupakan pribadi yang sedang berkembang menuju ke masa kedewasaannya. Dan dalam proses perkembangan itu di pengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari faktor internal maupun eksternal. Pada proses perkembangan, peserta didik melewati fase-fase perkembangan yang ditandai dengan adanya berbagai perubahan menuju ke  arah kematangan dalam berbagai aspek. Untuk melewati fase-fase tersebut, terkadang mereka harus melewati tantangan dan masa-masa sulit dalam rangka mempersiapkan diri menuju ke masa kedewasaan. Oleh karena itu diperlukan arahan atau bimbingan oleh orang dewasa guna mencapai masa kedewasaan yang ideal. Salah satunya adalah melalui layanan bimbingan pendidikan di sekolah.
Bimbingan itu sendiri merupakan suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Bimbingan merupakan proses yang dilakukan secara terus menerus agar individu mencapai kemampuannya secara maksimum.[1] Hal ini sangat relevan dengan rumusan tujuan pendidikan yaitu sebagai usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan potensi, bakat, minat dan kemampuannya. Untuk itulah, perlu adanya bimbingan pendidikan maupun bimbingan belajar guna membantu mewujudkan tujuan pendidikan tersebut dan dalam rangka membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik.
B.        Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian bimbingan pendidikan?
2.      Apa saja tujuan bimbingan pendidikan?
3.      Bagaimana prinsip menyusun program bimbingan pendidikan?
4.      Bagaimana hubungan bimbingan pendidikan dengan bimbingan belajar?

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance)
Beberapa pendapat para tokoh tentang pengertian bimbingan pendidikan :
·         W. S. Winkel SJ. Menyatakan bahwa: bimbingan pendidikan adalah bimbingan dalam menemukan cara belajar yang tepat untuk mengatasi kesukaran-kesukaran mengenai belajar dan dalam memilih jenis/jurusan yang sesuai.
·         J. D. Hopfengarder memandang : bimbingan pendidikan sebagai bagian integral dari program sekolah yang ditujukan untuk mengembangkan dan menggunakan kemampuan-kemampuannya sehingga mereka dapat memperoleh nilai maksimal dalam pendidikan formalnya.
·         Ruth Strong merumuskan bahwa : bimbingan pendidikan sebagai bantuan yang diberikan kepada siswa agar dapat memilih program yang cocok dan mencari kemajuan-kemajuan melalui program yang dipilihnya.
·         Brewer, tentang pendapatnya mengenai educational guidance menganggap sebagai suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan untuk pertumbuhan mental individu.[2]
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan pendidikan merupakan bantuan yang diberikan kepada anak yang dapat berupa informasi pendidikan, cara belajar yang efektif, pemilihan jurusan, lanjutan sekolah, mengatasi masalah belajar, mengembangkan kemampuan dan kesanggupan secara optimal dalam pendidikan atau membantu agar para siswa dapat sukses dalam belajar dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan sekolah.[3]

B.       Tujuan Bimbingan Pendidikan
Bimbingan pendidikan bertujuan untuk membantu murid dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan kegiatan pendidikan, maka akan timbul berbagai persoalan terutama bagi murid sendiri. Sesuai dengan itu, maka bimbingan pendidikan memberikan bantuan kepada murid dalam hal :
1.      Pengenalan terhadap situasi pendidikan yang dihadapi
Dalam situasi pendidikan yang dihadapi oleh murid-murid, maka murid perlu mendapat bantuan. Bantuan tersebut dapat berupa; sistem belajar, buku-buku, metode belajar, alat-alat pelajaran dan sebagainya. Program orientasi merupakan salah satu cara untuk mencapai hal tersebut.
2.      Pengenalan terhadap studi lanjutan
Bantuan ini terutama diberikan kepada murid-murid kelas terakhir yang akan meninggalkan sekolah dan akan melanjutkan studinya. Pengenalan yang diberikan antara lain mengenai jenis-jenis sekolah yang dapat dimasuki, syarat-syarat masuk ke sekolah lanjutan, cara-cara pemilihan jurusan yang sesuai dan sebagainya.
3.      Perencanaan pendidikan
Untuk mencapai sukses dalam pendidikan, harus dibuat suatu rencana yang jelas dan nyata mengenai kemungkinan-kemungkinan pendidikan yang akan ditempuhnya. Murid perlu mendapat bantuan sesuai dengan cita-citanya, bakat, minat dan sebagainya. Dengan demikian, murid dapat menempuh suatu pendidikan yang didasari oleh suatu rencana yang nyata, sehingga lebih menjamin tercapainya suatu tujuan.
4.      Pendidikan spesialisasi
Pada saat-saat tertentu murid dihadapkan kepada pemilihan suatu spesialisasi (kekhususan), misalnya, pemilihan jurusan pada kelas-kelas terakhir di SMA, pemilihan jurusan di perguruan tinggi, dan lain-lain. Dalam sekolah komprehensif ( sekolah pembangunan ) , masalah spesialisasi ini memegang peranan penting terutama pada kelas-kelas tinggi. Pemilihan ini akan menentukan suksesnya individu di masa mendatang. Oleh karena itu, murid harus benar-benar mendapat bantuan yang nyata.[4]
Sedangkan Dewa Ketut Sukardi, dalam bukunya dasar-dasar bimbingan dan penyuluhan di sekolah menyebutkan bahwa tujuan dari bimbingan pendidikan ( educational guidance ) secara garis besarnya adalah untuk :
1.      Membantu para siswa untuk menilai potensi-potensi, kemampuan-kemampuan, bakat dan minatnya, sifat-sifat pribadinya yang berhubungan dengan pelajaran.
2.      Membantu siswa untuk mengetahui berbagai kemungkinan pendidikan yang ada padanya.
3.      Memilih sekolah, universitas, institute, sekolah tinggi atau pusat latihan yang cocok dengan pilihannya.
4.      Membantu siswa untuk menentukan segi-segi kelemahan dan kekuatan yang ada pada diriya guna keberhasilan pendidikannya.
5.      Membantu siswa untuk menyesuaikan diri dengan suasana sekolah, sehingga dapat mengarahkan semua potensi, kemampuan, bakat dan minatnya untuk mencapai keberhasilan dalam belajarnya.
Supaya pelaksanaan layanan educational guidance dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka ada beberapa data yang diperlukan, yaitu :
1.      Data-data tentang latar belakang keluarga, kemampuan intelektual, bakat khusus, minat, cita-cita dan kemampuan finansial.
2.      Jenis atau jurusan sekolah yang mempersiapkan para siswa untuk memasuki jenjang pendidikan tinggi di universitas, institute, sekolah tinggi atau akademi dengan variasi jurusan/program, departemen atau fakultas tertentu.
3.      Ciri-ciri khas dari jenis-jenis atau jurusan sekolah serta isi kurikulum silabusnya dan persyaratan khusus yang dituntut dalam hal-hal kemampuan intelektual, bakat, minat dan finansial.
4.      Status dari universitas, institut, sekolah tinggi, dan akademi ( terdaftar, diakui, dan disamakan), serta berbagai kemungkinan pengembangan karir setelah tamat studi.
5.      Berbagai kemungkinan konkrit untuk memasuki program studi tertentu diantaranya : tuntutan tes masuk, jangka waktu studi,tuntutan financial ( pemondokan, biaya SPP, pengadaan literatur ).
C.      Prinsip Bimbingan Pendidikan
Selanjutnya, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun program bimbingan pendidikan, antara lain :
1.      Hendaknya layanan yang diberikan oleh program bimbingan pendidikan merupakan pelayanan continue dan lengkap.
2.      Pelayanan yang diberikan oleh bimbingan pendidikan hendaknya disusun sedemikian rupa, sehingga tidak terbatas kepada pemecahan masalah yang timbul, akan tetapi berkelanjutan sampai kepada faktor penyebabnya.
3.      Hendaknya layanan yang dilakukan oleh bimbingan pendidikan serasi dengan jenis-jenis layanan bimbingan lainnya di sekolah.
4.      Hendaknya layanan yang diberikan oleh bimbingan pendidikan di sekolah selalu berkaitan dengan layanan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga di luar sekolah.
Berdasarkan prinsip diatas, maka suatu program layanan bimbingan pendidikan yang baik harus terencana dan teroganisir dengan baik pula, yang meliputi berbagai usaha, diantaranya :
1.      Memberikan berbagai informasi kepada siswa baru mengenai tujuan pendidikan pada sekolah itu, kurikulum, penyesuaian diri di sekolah, cara belajar yang efektif, macam-macam jurusan dan syarat-syarat atau norma penjurusan, struktur organisasi siswa dan sekolah. Usaha semacam ini bisa dilakukan pada masa pekan orientasi studi siswa pada tiap-tiap tahun ajaran baru dimulai.
2.      Informasi kepada siswa tentang beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses belajar baik di sekolah maupun di rumah. Terpenuhinya berbagai persyaratan dan kebutuhan dalam belajar siswa akan memberikan dampak yang positif dalam pendidikan anak.
3.      Informasi tentang beberapa kemungkinan dan kesempatan untuk melanjutkan studi atau memilih lapangan kerja ( karir ) setelah menyelesaikan studi pada sekolah itu.
4.      Pengumpulan data mengenai hasil tes psikologis, prestasi belajar siswa setiap semester untuk masing-masing bidang studi.
5.      Wawancara penyuluhan untuk membicarakan berbagai permasalahan yang berhubungan dengan kesulitan belajar, kemunduran prestasi, masalah penjurusan dan sekolah sambungan.
6.      Informasi tentang beberapa perguruan tinggi yang bisa dimasuki tanpa melalui tes, tetapi melaui jalur bakat dan prestasi khususnya pada proyek perintis, serta persyaratan yang dituntut untuk mencapai. [5]
D.      Hubungan Bimbingan Pendidikan dengan Bimbingan Belajar
Menurut penulis, dalam  program bimbingan pendidikan terdapat program bimbingan belajar, yang mana tujuannya adalah untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa yang berkaitan dengan proses belajarnya, sehingga masalahnya menjadi tidak berlarut-larut. Bimbingan belajar itu sendiri merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang diselenggarakan di sekolah. Layanan bimbingan belajar dilaksanakan dengan melalui tahap-tahap :
a.       Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar
Masalah belajar memiliki bentu yang banyak ragamnya, yang pada umumnya dapat digolongkan menjadi beberapa, yaitu :
·         Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki inteligensi yang cukup tinggi tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
·         Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang mat tinggi itu.
·         Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajaran khusus.
·         Kurang motivasi dalam belajar, yaitu kedaaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar. Mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
·         Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.
b.      Pengungkapan sebab timbulnya masalah belajar
Siswa yang mengalami masalah belajar seperti tersebut dapat dikenali melalui prosedur pengungkapan melalui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar serta pengamatan.
·         Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah suatu alat yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Siswa dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai sebagian besar materi yang berhubungan dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Siswa yang belum menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan, dikatakan belum menguasai tujuan pengajaran. Siswa yang seperti ini digolongkan sebagai siswa yang mengalami masalah dalam belajar dan memerlukan bantuan khusus. Sedangkan siswa yang sudah menguasai secara tuntas semua bahan yang disajikan sebelum batas waktu yang ditetapkan berakhir, digolongkan sebagai siswa yang sangat cepat dalam belajar. Mereka patut mendapat tugas-tugas tambahan sebagai pengayaan.
Cara lain untuk melihat derajat keberhasilan belajar siswa adalah dengan memperhatikan kurva yang dibentuk oleh nilai-nilai hasil belajar yang dicapai oleh kelompok siswa . tingkat keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan dengan melihat kedudukan nilai siswa yang bersangkutan pada kurva. Nilai yang terletak di tengah kurva menandakan bahwa siswa yang mencapai nilai itu tergolong sedang, yang disebelah kanan kurva tergolong pandai, dan yang berada di ujung kurva sebelah kanan tergolong amat pandai. Sebaliknya, yang berada di sebelah kiri tergolong lambat, dan yang di ujung kiri termasuk lambat sekali. Dengan penggolongan ini dapat diketahui siapa saja yang memerlukan bantuan khusus dan siapa yang memerlukan materi tambahan.
·         Tes Kemampuan Dasar
Tingkat kemampuan dasar ini biasanya di ukur atau di ungkapkan dengan mengadministrasikan tes inteligensi yang sudah baku. Dalam banyak skala inteligensi, kemampuan dasar manusia di klasifikasikan sebagai berikut :
I.Q
Tingkat Kemampuan
140 ke atas
Sangat cerdas
120-139
Cerdas
110-129
Di atas rata-rata
90-109
Normal atau rata-rata
80-89
Di bawah rata-rata
70-79
Bodoh
Di bawah 70
Sangat bodoh
Hasil belajar siswa seharusnya dapat mencerminkan tingkat kemampuan dasar yang dimilikinya. Siswa yang kemampuan dasarnya tinggi akan mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Bilamana seorang siswa mencapai hasil belajar lebih rendah dari teraan inteligensi yang dimilikinya, maka siswa yang bersangkutan digolongkan sebagai siswa yang mengalami masalah dalam belajar.
·         Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar
Sebagian dari hasil belajar ditentukan oleh sikap dan kebiasaan yang dilakukan siswa dalam belajar. Dan sebagian dari sikap dan kebiasaan siswa belajar itu dapat diketahui dengan mengadakan pengamatan dalam kelas. Dengan memperhatikan derajat sikap dan kebiasaan belajar siswa itu akan dapat diketahui siswa mana yang sikap dan kebiasaan belajarnya sudah memadai dan perlu terus dipelihara serta siswa mana yang memerluan bantuan khsusus dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar yang belum sebagaimana dikehendaki.
·         Tes Diagnostik
Merupakan instrument untuk mengungkapkan adanya kesalaahn-kesalahan yang di alami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu. Dengan tes diagnostik sebenarnya sekaligus dapat diketahui kekuatan dan kelemahan siswa. Semakin sedikit siswa membuat kesalahan pada tes diagnostik, maka kuatlah siswa pada materi pelajaran yang bersangkutan dan sebaliknya.
·         Analisis Hasil Belajar atau Karya
Analisis hasil belajar merupakan prosedur yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan memeriksa secara langsung materi hasil belajar yang ditampilkan siswa, baik melalui tulisan, bentuk grafik atau gambar, bentuk tiga dimensi yang berupa model, maket dan bentuk lainnya serta gerak dan suara. Bentuk hasil belajar yang lain dapat berupa foto, film ataupun rekaman video.
Dalam analisis hasil belajar atau hanya materi yang dimaksudkan dicermati melalui pengamatan yang sistematik dengan menggunakan pedoman tertentu. Hasil pengamatan itu dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Perbandingan hasil pengamatan terhadap kriteria itu akan memperlihatkan kekuatan dan kelemahan si pembuat hasil karya itu.
c.       Upaya Membantu Siswa yang Mengalami masalah Belajar
Siswa yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan siswa. Upaya yang dapat dilakukan adalah :
·         Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada seorang atau kelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Dibandingkan dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus, karena bahan, metode dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah yang dihadapi siswa.
·         Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah dan memperluas pengetahuan serta keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya.
·         Peningkatan Motivasi Belajar
Guru, konselor dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur yang dapat dilakukan adalah :
ü  Memperjelas tujuan belajar
ü  Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, minat dan kemampuan siswa
ü  Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan
ü  Memberi hadiah ( penguatan ) dan hukuman bilamana perlu
ü  Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara murid dengan murid
ü  Menghindari tekanan dan suasana yang tidak menentu ( seperti suasana menakutkan, mengecewakan, membingungkan, menjengkelkan )
ü  Melengkapi sumber dan peralatan belajar.
·         Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan seringkali perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh guru, konselor, dan orang tua siswa. Untuk itu, siswa hendaklah dibantu dalam hal menemukan motif yang tepat dalam belajar, memelihara kondisi kesehatan yang baik, mengatur waktu belajar, dan kegiatan lainnya.
Berdasarkan hasil pengungkapan kelemahan dan kekuatan siswa dengan menggunakan instrument yang telah disebutkan di atas, konselor dan guru dapat merancang layanan bimbingan belajar bagi siswa yang memerlukannya, baik layanan individual maupun kelompok, baik dalam bentuk penyajian klasikal, kegiatan kelompok belajar, bimbingan/konseling kelompok atau individual atau kegiatan lainnya.[6]









BAB III
KESIMPULAN
Bimbingan pendidikan merupakan bantuan yang diberikan kepada anak yang dapat berupa informasi pendidikan, cara belajar yang efektif, pemilihan jurusan, lanjutan sekolah, mengatasi masalah belajar, mengembangkan kemampuan dan kesanggupan secara optimal dalam pendidikan atau membantu agar para siswa dapat sukses dalam belajar dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan sekolah. Bimbingan pendidikan bertujuan untuk membantu murid dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam bidang pendidikan.
Selanjutnya ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun program bimbingan pendidikan agar layanan bimbingan pendidikan dapat terencana dan terorganisir dengan baik. Dan dalam layanan bimbingan pendidikan mengandung program bimbingan belajar yang dapat dilaksanakan dengan melalui tahap pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, pengungkapan sebab timbulnya masalah belajar dan upaya membantu mengatasi siswa yang mengalami masalah belajar.













DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, 1977,  Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Semarang: Toha Putra
Gunawan, Yusup, 1992 dkk, Pengantar Bimbingan dan Konseling: Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Hallen,  2002, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers
Prayitno, Amti, Erman, 2004, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,  Jakarta : PT Rineka Cipta
 Sukardi, Dewa Ketut, 1983,  Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional





[1]  Hallen, Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta: Ciputat Pers, 2002 ), hal. 4
[2] Dewa Ketut Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal. 24
[3]  Yusup Gunawan, dkk, Pengantar Bimbingan dan Konseling: Buku Panduan Mahasiswa, ( Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), hal. 46-47
[4]  Abu Ahmadi, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, ( Semarang: Toha Putra, 1977), hal. 20
[5]  Dewa Ketut Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan,…hal. 26-28
[6]  Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004 ), hal.279-288

April 14, 2012

Analisis Kebijakan Pendidikan Di Negara Maju dan Negara Berkembang


PENDAHULUAN
Perbandingan pendidikan merupakan suatu usaha membandingkan atau menganalisis persamaan maupun perbedaan terhadap berbagai macam sistem pendidikan yang ada di berbagai negara maupun kwasan dunia. Dalam memajukan pendidikan, suatu negara perlu membandingkannya dengan pendidikan di negara lain, dengan tujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaannya, kelebihan dan kekurangannya, lalu mengambil unsur positifnya sekaligus menyesuaikan dengan kondisi lokal.
Dorongan rasa ingin tahu manusia yang kuat, telah mendorong seseorang untuk mengetahui dan mempelajari lebih jauh tentang keadaan kehidupan yang berlaku di luar lingkungan masyarakatnya atau negaranya sendiri. Dan dengan mengetahui keadaan kehidupan yang berlaku di luar lingkungan masyarakatnya sendiri dan dapat mengetahui kehidupan masyarakat lainnya itu akan mengakibatkan terjadinya saling pengertian dan terjadinya kerja sama dan saling tolong menolong untuk mencapai tujuan dan kemajuan bersama.
Karena adanya dorongan rasa ingin tahu itu, kemudian penulis mencoba untuk membandingkan atau menganalisis sistem maupun kebijakan pendidikan antara negara maju dan negara berkembang untuk mengatahui kelebihan dan kelemahan dari sistem pendidikan masing-masing negara.










PEMBAHASAN

A.      Definisi Negara Maju dan Berkembang
1.      Negara Maju
Istilah negara maju (developed country atau advanced country) dipakai untuk mengelompokkan negara-negara yang berkembang dan maju secara ekonomi, di mana sektor industri ketiga dan sektor industri keempat mendominasi.
Untuk diketahui, sektor industri pertama dalam kegiatan ekonomi meliputi kegiatan atau usaha mengubah sumber daya alam menjadi barang setengah jadi untuk industri. Kegiatan ekonomi pada level ini umumnya meliputi sektor pertanian, agrobisnis, kehutanan, dan pertambangan. Sektor industri kedua dalam kegiatan ekonomi meliputi kegiatan atau usaha mengolah barang setengah jadi yang dihasilkan pada kegiatan industri pertama untuk diolah lebih lanjut dan menghasilkan barang siap pakai. Termasuk dalam sektor ini adalah kegiatan manufaktur dan konstruksi.
Sektor industri ketiga lebih dikenal sebagai sektor jasa (industri jasa). Sektor ini umumnya meliputi kegiatan distribusi barang dan jasa (yang dihasilkan pada sektor industri kedua) kepada konsumen. Kegiatan ekonomi yang dominan dalam sektor industri ketiga antara lain transportasi barang dan jasa, distribusi, penjualan partai besar, bisnis hiburan, restoran, pariwisata, dan sebagainya. Sementara itu, sektor industri keempat merupakan kelanjutan dari kegiatan sektor industri ketiga. Kegiatan industri pada level ini umumnya berhubungan dengan bisnis jasa (service) yang bersifat intelektual. Misalnya, bisnis informasi dan komunikasi, konsultasi, pendidikan, penelitian dan pengembangan, kesehatan, kultur, dan sebagainya.
Kegiatan ekonomi di negara maju yang didominasi oleh industri tingkat ketiga dan keempat itu akan memberikan pendapatan (income) yang tinggi. Penghasilan atau pendapatan yang tinggi tentu menentukan tingginya pendapatan perkapita (GNP perkapita), maupun tingginya Indeks Pertumbuhan Manusia (HDI). Dengan kata lain, industri tingkat ketiga dan keempat yang dimiliki negara maju memosisikannya pada tingkat negara dengan pendapatan perkapita dan HDI yang tinggi.

Beberapa ciri utama negara maju antara lain :
  1. Tingkat pertumbuhan penduduk relatif lebih rendah.
  2. Persebaran penduduk di daerah perkotaan jauh lebih tinggi daripada di daerah pedesaan.
  3. Angka kelahiran sudah dapat dikontrol sehingga pertumbuhan penduduknya relatif rendah.
  4. Angka buta hurufnya sangat rendah.
  5. Pendapatan per kapitanya sangat tinggi.
  6. Kualitas standar hidup penduduknya sangat tinggi karena tingginya pendapatan per kapita.
  7. Pelayanan kesehatan penduduknya terjamin sehingga angka harapan hidup tinggi.
  8. Tingkat kemiskinannya sangat rendah.
  9. Kualitas pendidikannya sangat bagus.
  10. Kegiatan utama penduduknya di bidang nonpertanian, terutama sektor industi ketiga dan keempat.[1]
Secara rinci, ciri-ciri negara maju dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Sumber Daya Alam Dimanfaatkan secara Optimal
Pemanfaatan teknologi dan kepemilikan modal membuat masyarakat di negara maju mampu memanfaatkan sumber daya alam secara optimal, menemukan sumber daya alam baru, ataupun memanfaatkan sumber daya alam yang telah ada sebagai energi alternatif. Misalnya pemanfaatan tenaga angin, air, atau energi matahari untuk menggantikan fungsi dari energi minyak bumi.
b . Dapat Mengatasi Masalah Kependudukan
Hal ini dikarenakan angka pertumbuhan kecil, jumlah penduduk pada umumnya tidak terlalu banyak, angka beban ketergantungan kecil, kualitas dan produktivitas penduduk tinggi, pendapatan perkapita tinggi, dan peluang kerja dan kesempatan berusaha terbuka luas.
c . Produktivitas Masyarakat Didominasi Barang-Barang Hasil Produksi dan Jasa
Kegiatan ini tidak memerlukan lingkungan agraris, sehingga dapat dipastikan bahwa lebih dari 70% penduduk negara maju tinggal di perkotaan.
d . Tingkat dan Kualitas Hidup Masyarakat Tinggi
Tingginya kualitas penduduk mendorong semakin tingginya produktivitas masyarakat yang bermuara pada semakin tingginya pendapatan perkapita dan pendapatan nasional.
e . Ekspor yang Dilakukan adalah Ekspor Hasil Industri dan Jasa
            Adakalanya, suatu negara maju sangat minim sumber daya alam atau tidak memiliki sumber daya alam sama sekali. Namun dapat menghasilkan produk olahan sumber daya alam.
 f. Tercukupinya Penyediaan Fasilitasilitas Umum
Negara maju memiliki kemampuan berupa sarana dan dana dalam memberikan pelayanan fasilitas umum yang memadai bagi warganya. Hal ini juga didukung dengan tingginya tingkat kesadaran warga masyarakatnya dalam memelihara dan memanfaatkan ketersediaan sarana fasilitas umum yang ada.
g . Kesadaran Hukum, Kesetaraan Gender, dan Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia Dijunjung Tinggi
Masyarakat di negara maju pada umumnya memiliki disiplin yang tinggi dalam mematuhi hukum. Pemerintahan yang berjalan menerapkan prinsip akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan) serta transparansi (terbuka) dalam berbagai tindakan dan pengambilan keputusan. Jenis kelamin tidak lagi dipermasalahkan dalam penentuan jabatan, namun kemampuanlah yang diperhitungkan.
Penghormatan terhadap hak asasi manusia dijunjung tinggi, bahkan untuk golongan minoritas, misalnya untuk kaum difabel (different ability) seperti orang tua, tuna netra, atau penyandang cacat fisik yang lain diberi fasilitas khusus dan porsi atau kesempatan kerja yang sejajar dengan masyarakat normal.
h. Tingkat Pendidikan Relatif Tinggi
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator penting yang menunjukkan kualitas penduduk suatu negara. Di negara-negara maju secara umum penduduknya sudah memiliki kesadaran tinggi akan arti penting pendidikan dan penguasaan iptek. Hal tersebut terlihat dari angka partisipasi belajar penduduk negara-negara maju yang sangat tinggi. Tingginya tingkat pendidikan penduduk di negara maju juga ditunjang oleh sistem pendidikan yang baik dan anggaran pendidikan yang tinggi dari pemerintah.  
i . Tingkat Pendapatan Penduduk Relatif Tinggi
Kemajuan tingkat pendidikan serta penguasaan Iptek oleh mayoritas penduduk menjadikan negara maju memiliki potensi SDM yang berkualitas tinggi. Kondisi demikian membuat penduduk negara maju tidak lagi menggantungkan sektor pertanian sebagai penghasilan utama, tetapi di sektor industri, jasa dan perdagangan.
Variasi pekerjaan di berbagai sektor tersebut menjadikan penduduk negara maju
memiliki pendapatan rata-rata tinggi. Penghasilan penduduk yang tinggi akan berdampak pada pendapatan perkapita yang tinggi pula.
j . Tingkat Kesehatan Sudah Baik
Rata-rata penduduk negara maju sudah memiliki standar kehidupan yang tinggi, sehingga kesadaran masyarakat akan arti penting kesehatan juga sudah baik. Selain itu pihak pemerintah juga memberikan perhatian yang sangat baik terhadap tingkat kesehatan masyarakat melalui pembangunan berbagai sarana dan prasarana kesehatan yang memadai di berbagai daerah yang dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Tingkat kesehatan penduduk yang sudah baik, dapat terlihat dari angka kematian penduduk yang rendah dan angka harapan hidup penduduk yang tinggi di negara maju.
2.      Negara Berkembang
Suatu negara digolongkan sebagai negara berkembang jika negara tersebut belum dapat mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan atau belum dapat menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan. Negara berkembang adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dan mengkategorikan negara-negara di dunia yang memiliki standar hidup relatif rendah, sektor industri yang kurang berkembang, skor Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) berada pada tingkat menengah ke bawah, serta rendahnya pendapatan perkapita. Negara yang dikategorikan sebagai negara berkembang adalah negara yang belum mencapai tingkat negara maju, tetapi bukan negara gagal (failed state). Dengan kata lain, negara berkembang berada di antara negara maju (tingkat teratas) dengan negara gagal (tingkat terendah).
Negara berkembang yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih maju dibandingkan negara lain yang setingkat, tetapi belum mencapai tingkat negara maju disebut negara industri baru (newly industrialized country/NICs). Dengan kata lain, negara industri baru sedang berkembang mencapai tingkat negara maju tetapi belum cukup untuk disebut sebagai negara maju. Negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi relatif stabil dalam jangka waktu lama, juga dapat digolongkan sebagai negara industri baru.
Adapun ciri-ciri negara berkembang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.        Memiliki Berbagai Masalah Kependudukan
Berbagai tekanan dan masalah kependudukan yang merupakan masalah kompleks di negara-negara berkembang, antara lain:
1)      Laju pertumbuhan dan jumlah penduduk relatif tinggi.
2)      Persebaran penduduk tidak merata.
3)      Tingginya angka beban tanggungan.
4)      Kualitas penduduk relatif rendah sehingga mengakibatkan tingkat produktivitas penduduk juga rendah.
5)      Angka kemiskinan dan pengangguran relatif tinggi.
6)      Rendahnya pendapatan perkapita.
b.        Produktivitas Masyarakatnya Masih Didominasi Barang-Barang Primer
Hal ini dikarenakan, pada umumnya kurang dari 70% penduduk di negara berkembang berlatar belakang kehidupan agraris yang cara pengolahannya masih dilakukan dengan alat-alat dan metode-metode sederhana. Kondisi ini pula yang menyebabkan sebagian besar
penduduk negara-negara berkembang masih tinggal di pedesaan.
c . Sumber Daya Alam Belum dapat Dimanfaatkan secara Optimal
Pemanfaatan kekayaan alam yang dimiliki belum mampu dioptimalkan. Dalam pemanfaatannya, negara berkembang masih bekerja sama dengan negara maju dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang dimiliki. Hasil sumber daya alam ini pada akhirnya dijadikan komoditas perdagangan (ekspor) karena belum memiliki teknologi untuk mengolahnya lebih lanjut. Oleh karena itu, pada umumnya negara berkembang mengandalkan ekspor dari hasil alam mentah.
d . Ketergantungan terhadap Negara Maju
Negara berkembang pada umumnya sedang giat-giatnya melakukan pembangunan, namun terbentur kendala modal dan teknologi. Oleh karena itu, mereka cenderung tergantung pada teknologi dan kucuran dana (baik hibah ataupun pinjaman) dari negara-negara yang lebih maju (negara donor) demi kelangsungan pembangunan yang sedang dijalankan. Pada praktiknya, negara-negara donor tersebut pemberikan pengaruh yang bersifat mengikat dan terkesan mendikte terhadap negara-negara yang dibantunya.
e . Keterbatasan Fasilitas Umum
kemampuan pemerintah negara berkembang dalam bidang keuangan negara pada umumnya terbatas. Hal inilah yang menyebabkan keterbatasan fasilitas umum yang mampu disediakan pemerintah.
f. Tingkat Kesadaran Hukum, Kesetaraan Gender, dan Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia Relatif Rendah
            Tingkat partisipasi masyarakat dalam penegakan hukum relatif masih rendah. Masyarakatnya (termasuk pejabatnya) masih banyak yang melakukan kecurangan-kecurangan hukum tanpa rasa malu. Bentuk-bentuk pelanggaran hukum yang terjadi, antara lain pemaksaan kehendak, penyuapan, korupsi, kolusi, nepotisme, perusakan fasilitas umum, dan sebagainya. Kesetaraan gender juga belum membudaya, wanita yang aktif bekerja masih dianggap sebagai hal yang kurang pantas menurut beberapa kalangan. Penegakan dan perlindungan hak asasi manusia juga belum dapat dilaksanakan secara optimal.
g . Tingkat Pendidikan Masih Rendah
Tingkat pendidikan pendudukan di negara-negara berkembang secara umum masih rendah. Hal tersebut dikarenakan sarana dan prasarana pendidikan baik formal maupun nonformal masih terbatas dan belum memadai sehingga belum dapat dijangkauoleh seluruhpenduduk di negara tersebut. Akibatnya, masih banyak dijumpai penduduk yang buta huruf.
h. Tingkat Pendapatan Masih Rendah
Mayoritas penduduk negara berkembang bekerja pada sektor pertanian yang umumnya masih dikerjakan secara tradisional. Tingkat pendidikan serta penguasaan Iptek oleh penduduk yang rata-rata masih rendah menyebabkan penduduk tidak mampu bersaing untuk bekerja atau menciptakan pekerjaan di sektor lain. Kondisi demikian mengakibatkan penduduk negara berkembang memiliki penghasilan atau pendapat rata-rata yang relatif rendah, sehingga pendapatan perkapita juga rendah.
i . Tingkat Kesehatan
Taraf kehidupan penduduk negara berkembang yang masih rendah juga berdampak pada tingkat kesehatan penduduknya. Pada umumnya penduduk negara berkembang belum memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan.
Minimnya sarana dan prasarana kesehatan menyebabkan tingkat kesehatan rata-rata penduduk di negara berkembang masih rendah juga ditandai dengan angka kematian danangka kelahiran tinggi, sedangkan angka harapan hidup rendah.[2]
B.       Analisis Kebijakan Pendidikan di Negara Maju
1.      Jepang
·         Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan umum di Jepang lebih dari satu abad yang lalu dan keberadaanya berlangsung lebih lama daripada kebanyakan negara. Belajar selalu dianggap sebagai suatu kebajikan. Dewasa ini, 99 % murid SD belajar di sekolah-sekolah umum dan untuk tingkat sekolah menengah  sekalipun hanya 30 % siswa yang belajar di sekolah swasta. Sistem administrasi pendidikan di Jepang dibangun atas empat tingkat, yaitu pusat, perfektural (antara provinsi dan kabupaten), municipal (antara kabupaten dan kecamatan) dan sekolah. Sistem administrasi tersebut menerapkan kombinasi antara sentralisasi, desentralisasi, manajemen berbasis sekolah dan partisipasi masyarakat. Disamping itu, terdapat asosiasi kepala sekolah, guru, murid dan orang tua yang mendukung pengembangan sekolah. Dalam sistem tersebut terdapat peran dan hubungan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sekolah, asosiasi-asosiasi tersebut, dan masyarakat yang saling mengisi sehingga tercipta sinergi yang memungkinkan sistem tersebut menjadi relatif efisien dan efektif. Hal ini merupakan faktor utama pencapaian mutu pendidikan di Jepang yang relatif tinggi.
·         Kehidupan Sekolah
Tahun ajaran Jepang mulai pada bulan April. Ada liburan musim panasselama beberapa minggu, dan liburan dua minggu waktu tahun baru. Tahun ajaran berakhir pada bulan Maret, kemudian sekolah libur selama dua minggu sebelum mulai tahun ajaran baru selanjutnya.
Siswa biasanya bersekolah lima atau enam hari seminggu. Pengajaran memakai metode konvensional ataupun teknik-teknik modern, misalnya pengajaran dengan media komputer.
·         Pendidikan Pra Sekolah
Taman kanak-kanak menerima murid berusia 3-5 tahun , untuk lama pendidikan 1-3 tahun. Anak berusia 3 tahun diterima dan mengikuti pendidikan selama 3 tahun, sedangkan anak usia 4 tahun berarti menempuh pendidikan pra sekolah ini selama 2 tahun, begitu seterusnya. Bagi pendaftar usia 5 tahun berarti mennempuh pendidikan hanya selama satu tahun. Lebih dari 50 % TK di Jepang dikelola oleh swasta, sisanya oleh pemerintah kota dan hanya sebagian kecil yang merupakan TK Negeri.
·         Pendidikan Wajib
Wajib sekolah berlaku bagi anak usia 6-15 tahun. Pendidikan wajib ini bersifat cuma-cuma atau tanpa bayar bagi semua anak. Anak-anak dari keluarga yang tidak mampu mendapat bantuan khusus dari pemerintah pusat dan daerah untuk biaya makan siang di sekolah, piknik, kebutuhan belajar, perawatan kesehatan, dan lain-lain. Sekolah wajib ditempuh selama 9 tahun; 6 tahun di sekolah dasar dan 3 tahun di sekolah menengah pertama, setelah itu diteruskan ke sekolah menengah atas.
·         Pendidikan Menengah Atas
Ada tiga jenis sekolah menengah atas, yaitu full time, part time (terutama malam hari), dan tertulis. Sekolah menengah yang full time berlangsung selama 3 tahun, sedangkan kedua jenis sekolah lainnya menghasilkan diploma yang setara. Jurusan di sekolah menengah atas dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis berdasarkan pola kurikulum, yaitu jurursan umum (akademis), pertanian, teknik, perdagangan, perikanan, home economic, perawatan dan lain-lain.
·         Pendidikan Tinggi
Ada tiga jenis lembaga pendidikan tinggi, yakni universitas, junior college (akademi) dan technical college (akademi teknik). Pendidikan tinggi di Jepang berada dibawah pengelolaan tiga lembaga, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pihak swasta. Ada lima jenis pendidikan tinggi yang bisa dipilih mahasiswa asing di negeri sakura ini, yaitu program sarjana, diploma (non gelar), akademi dan sekolah kejuruan.
·         Kebijakan Pendidikan
Peraturan pendidikan di Jepang dapat dibedakan dari dua periode, yaitu sebelum dan sesudah Perang Dunia II. Sebelum perang, kebijakan pendidikan yang berlaku adalah salinan naskah kekaisaran tentang pendidikan (Imperial Rescript on Education). Sesudah perang, mulai 3 November 1946, konstitusi baru Jepang menetapkan kebijakan pendidikannya atas dasar hak asasi manusia, jaminan kebebasan berpikir dan hati nurani, kebebasan beragama, kebebasan akademik dan hak bagi semua orang untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan kemampuan mereka. Pada Maret 1947, melalui peraturan pendidikan sekolah (school education law) ditetapkan susunan dasar sistem pendidikan keseluruhan atas dasar 6-3-3-4 beserta tujuan khusus pada tiap jenjangnya.
Pada Maret 1947 juga berlaku hukum dasar pendidikan (fundamental law education) yang pada hakikatnya merupakan statement filsafat pendidikan demokratis yang dalam banyak hal berbeda dengan imperial rescript on education.[3]
2.      Belanda
·         Sistem Pendidikan
Sekolah-sekolah Belanda semua jenjangnya merupakan sekolah umum (public school) atau sukarela (voluntary school). Sekolah umum diselenggarakan oleh negara, atau sebagaimana yang tejadi pada umumnya, diselenggarakan oleh pemerintah kota madya. Sekolah sukarela diselenggarakan oleh yayasan atau pihak gereja. Karena menerapkan sistem yang diatur oleh negara, tidak ada satu sekolah pun yang diselenggarakan oleh personil swasta.
Sekolah umum negeri tidak mendasarkan pembelajarannya pada filisofi agama tertentu. Akan tetapi, gereja dan yayasan yang memiliki tujuan memberikan pelajaran agama memperoleh kesempatan untuk mencapai tujuannya menurut sekolah tersebut. Sebaliknya, sekolah sukarela tidak dibagi berdasarkan hukum, tetapi atas kecenderungan kemampuannya, yakni ke dalam kategori sekolah roman Katolik, Protestan dan sekolah netral.
Biaya pembangunan dan operasional sekolah umum dan sukarela dipandang oleh pemerintah menurut prinsip kesamaan keuangan. Pengakuan negara atas sekolah sukarela didasarkan pada norma objektif. Dan untuk sistem sekolah di Belanda dibagi atas jenjang prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, pendidikan tinggi, dan jenjang khusus. Wajib belajar mulai diberikan setelah anak berusia tujuh tahun.
·         Pendidikan Prasekolah
Tujuan pendidikan prasekolah adalah menyiapkan anak untuk melanjutkan ke sekolah dasar. Materi pelajaran yang diberikan di jenjang ini adalah bermain dan latihan fisik, membedakan warna, bilangan, membentuk tanah liat, menggambar dan musik. Para murid juga diajari beberapa ayat dan mendengarkan cerita. Tiap sekolah memiliki rencana bermain atau bekerja sendiri-sendiri yang harus diajukan kepada pihak inspektorat untuk mendapatkan persetujuan.
·         Pendidikan Dasar
Pendidikan primer berakhir selama 6 tahun di sekolah primer (primary school). Kurikulum sekolah dasar memberikan spesifikasi atas materi yang hendak diajarkan, alokasi waktu pada tiap materi pelajaran, serta bahan yang digunakan. Kurikulumnya dibuat oleh kepala sekolah dengan konsultasi bersama staf pengajar, lalu diajukan ke inspektorat untuk mendapatkan persetujuan. Para murid harus dilatih membaca, menulis, aritmatika, bahasa Belanda, sejarah, geografi, aturan lalu lintas, kajian alam, menyanyi, menggambar, pendidikan fisik, dan menjahit (bagi perempuan). Materi pilihan meliputi bahasa Perancis, Jerman, Inggris, matematika dan kerajinan tangan (bagi laki-laki).
·         Pendidikan Menengah
Sistem sekolah menengah telah dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian pertama dikenal sebagai pendidikan enam tahun untuk menyiapkan murid memasuki pendidikan tinggi. Bagian kedua meliputi tiga tingkat pendidikan menengah umum yang tidak mempersipakan para murid untuk studi lanjut ke pendidikan tinggi. Dan bagian ketiga meliputi pendidikan professional atau kejuruan. Pendidikan kejuruan di Belanda menunjukkan berbagai variasi dalam masa pelajarannya dan meliputi sekolah-sekolah pendidikan teknik, pengetahuan domestik, distribusi niaga, pendidikan seni, serta pendidikan kerja masalah sosial.
·         Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi disediakan oleh universitas dan institusi tertentu yang dilengkapi dengan pelatihan bagi para mahasiswa agar mampu mengaplikasikan pelajarannya secara mandiri, serta untuk menyiapkan para mahasiswa agar dapat menduduki posisi dalam masyarakat yang amat memerlukan peran pendidikan universitas tersebut.
·         Pendidikan Khusus
Pendidikan khusus merupakan pendidikan yang menyediakan keterampilan bagi anak-anak secara fisik, mental, dan emosional untuk perlindungan anak di rumah. Yang termasuk dalam pendidikan khusus ini adalah pendidikan guru.[4]
3.      Inggris
·         Sistem Pendidikan di Inggris
Inggris dikenal dengan standar pendidikannya yang tinggi, sistem pendidikan Inggris telah banyak mempengaruhi banyak negara dan adalah rumah untuk beberapa universitas terkenal.  
·         Sekolah Dasar
Pendidikan wajib di Inggris dimulai dari usia 5 tahun dengan sekolah dasar. Siswa naik dari kelas 1 sampai 6 tanpa ujian, meskipun kemampuan mereka diuji di usia 7 tahun. Penekanan ada pada belajar secara praktikal dibandingkan menghafal.  Siswa belajar mata pelajaran inti seperti Inggris, matematika dan sains, juga pelajaran dasar seperti sejarah, geografi, musik, seni dan olahraga.
·         Sekolah Menengah Atas 
Siswa memulai sekolah menengah pada usia 11 tahun, dimana menjadi kewajiban untuk lima tahun berikutnya. Di setiap jenjangnya, siswa memperdalam pengetahuan mereka pada mata pelajaran inti dan ditambah setidaknya 1 bahasa asing. Di tahun ke-4, mereka mulai bersiap untuk mengikuti ujian-ujian yang disebut General Certificate of Secondary Education atau GCSE. Siswa akan diuji di 9 atau 10 topik GCSE yang mereka pilih.
·         Levels di Sekolah Menengah Atas 
Setelah menyelesaikan ujian GCSE, siswa sekolah menengah dapat meninggalkan sekolah untuk bekerja, mengikuti program training di sekolah kejuruan atau teknik, atau melanjutkan 2  tahun lagi untuk menyiapkan diri bagi ujian masuk universitas, yang dikenal dengan "A-Levels." Secara umum, siswa yang ingin masuk ke universitas akan belajar 3-4 subyek untuk ujian A-Levels. Ini kerap dilakukan di sekolah yang dinamakan Sixth Form Colleges. Makin tinggi nilai ujian A-Levels, makin baik peluang siswa untuk masuk ke universitas pilihannya.
·         Program Sarjana 
Ditingkat sarjana, siswa di Inggris dapat memilih jurusan "art" dan "sciences". Program biasanya berlangsung selama tiga tahun dimana selama itu siswa menyelesaikan pelajaran dan tutorial di bidang masing-masing. Siswa yang akan lulus biasanya harus mengikuti ujian akhir. Syarat penerimaan bagi siswa internasional termasuk kefasihan bahasa Inggris (min IELTS 6.0), tambahan 1 tahun sekolah menengah, dikenal dengan University Foundation Year atau nilai A-Level.
·         Pasca Sarjana atau PhD 
Pelajaran universitas dapat diteruskan ke tingkat pasca sarjana. Gelas pasca sarjana tradisional biasanya dibidang "Arts" (MA) atau "Sciences" (MSc). Gelar pasca sarjana yang makin populer adalah Masters in Business Administraion (MBA). Program Master berlangsung selama satu sampai dua tahun dan mengharuskan ujian dan tesis untuk syarat kelulusan. Bagi program tertentu, pengalaman dibidang riset dan bekerja dibutuhkan untuk mengikuti program doktoral, atau PhD, yang dapat berlangsung selama empat atau lima tahun di sekolah dan riset serta disertasi.[5]
C.       Analisis Kebijakan Pendidikan di Negara Berkembang
1.      Malaysia
Visi dan misi utama pemerintah Malaysia adalah menjadikan negerinya sebagai pusat pendidikan berkualitas dan siap bersaing dengan lembaga pendidikan tingi di negeri lain. Pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah federal. Sistem pendidikan nasional meliputi pendidikan pra sekolah, sekolah dasar, dan menengah, berada di bawah yurisdiksi Kementerian Pendidikan. Sedangkan pendidikan tinggi merupakan tanggung jawab Kementerian Pendidikan Tinggi. Semua bentuk penyelenggaraan pendidikan didasarkan pada visi dan misi.[6]
·         Sistem Pendidikan
Terdapat empat tingkat perjenjangan sekolah. Sekolah rendah selama 6 tahun, lulusannya dapat diterima tanpa ujian di sekolah menengah komprehensif selama 3 tahun. Pada tingkat sekolah menengah diadakan ujian umum yang dilakukan dengan bahasa Melayu dan Inggris. Pada askhir sekolah menengah komprehensif baru diadakan ujian. Setara dengan sekolah menengah komprehensif ini adalah sekolah menengah rendah, lalu melanjutkan ke menengah atas, masing-masing 3 tahun. Selanjutnya, pendidikan akademik atau teknis selama 2 tahun. Lulus dari sini dapat mencari pekerjaan atau meneruskan pendidikan ke sekolah purna komprehensif selama 2 tahun lagi, yang terdiri atas kelompok akademis dan kejuruan. Kelompok akademis dibagi dalam aliran kesenian, sains, pertanian, teknik, perdagangan, dan kerumahtanggaan. Adapun kelompok kejuruan terdiri atas berbagai aliran dagang dan kejuruan. Pada akhir pendidikannya, mereka mengambil sertifikat Cambridge Seberang Lautan. Yang ingin melanjutkan pelajarannya harus melakukan ujian untuk pendidikan purna sekolah menengah selama 2 tahun. Bila mereka telah selesai, maka dianggap telah siap menempuh ujian sertifikasi sekolah Cmabridge. Dari lulusan ini universitas menyeleksi mahasiswanya. Kalau diterima, berarti ia telah masuk ke jenjang pendidikan tinggi.
·         Kebijakan Pendidikan
Setelah perang dunia II, saat Malysia masih di tangan kekuasaan Inggris, pada tahun 1955 dibentuk satu komisi dibawah pimpinan A. Rezak yang isinya mempersiapkan usul bagi sistem pendidikan di Malaysia. Diantara usul tersebut ditetapkan bahwa bahasa Melayu dan Inggris dijadikan sebagai bahasa wajib bagi semua murid di sekolah-sekolah, selain bahasa Tamil dan Cina. Setelah kemerdekaan, pada tahun 1961, melalui hasil komisi A. Rahman, bahasa melayu dan Inggris ditetapkan sebagai bahasa wajib yang diberikan sampai dengan kelas enam sekolah dasar. Adapun bahasa Tamil dan Cina diberikan di sekolah tingkat menengah.
Organisai pendidikan di pusat, terdiri atas menteri pendidikan. Kementerian yang dikepalai oleh sekretaris tetap pendidikan bertangggung jawab langsung untuk pendidikan sekolah menengah dan purna sekolah menengah, sekolah teknik dan pengawasan grant atau pemberian dana kepada negara-negara bagian. Pada dekade 1990-an, Malaysia mengadakan perubahan kebijakan pendidikannya secara berarti, diantaranya sebagai berikut :
a.       Memperkenalkan pendidikan persekolahan dalam sekolah rendah.
b.      Mengurangi tahun lama sekolah rendah, dari 6 tahun menajdi 5 tahun bagi murid yang cerdas dan sebaliknya, menambah tahun lama sekolah menjadi 7 tahun bagi murid yang lambat.
c.       Memberikan peluang pendidikan kepada semua pelajar dengan melanjutkan waktu belajar mereka dari 9 hingga 12 tahun, yaitu sampai tingkat 5 di peringkat sekolah menengah.
d.      Mengutamakan pendidikan teknologi dengan tujuan melahirkan pelajar yang mahir dalam bidang seni perusahaan, perdagangan dan ekonomi.
e.       Mengubah sistem pemeriksaan SRP  kepada penilaian menengah rendah (PMR).[7]
2.      Thailand
Secara umum pendidikan di Thailand sebagian besar dikelola dan ditangani oleh pemerintah Thailand melalui menteri pendidikan, mulai dari pendidikan prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sampai ke sekolah menengah atas. Pendidikan 12 tahun gratis dijamin oleh kostitusi, dan anak-anak Thailand wajib belajar Sembilan tahun.
Pendidikan Non formal di Thailand juga didukung oleh pemerintah. Namun, beberapa diantaranya terdapat sekolah-sekolah yang mandiri. Sekolah-sekolah ini memiliki kontribusi dan menyokong ketersediaan infrastruktur pendidikan di Thailand secara umum. Struktur pendidikan di Thailand dibagi menajdi 4 tingkatan, yaitu; (1) tingkatan pertama, adalah kelas awal di sekolah dasar, yaitu kelas 1-3. Siswa yang termasuk tingkatan ini adalah mereka yang berumur 6-8 tahun. (2) tingkatan kedua, adalah siswa sekolah dasar kelas 4-6 yang disebut Prathom 4-6. Siswa yang termasuk tingkatan ini adalah mereka yang berumur 9-11 tahun. (3) tingkatan ketiga, adalah siswa sekolah menengah pertama yang disebut Matthayom 1-3, umumnya mereka berumur 12-14 tahun. (4) tingkatan keempat, adalah siswa yang duduk di bangku sekolah menengah atas yang disebut Matthayom 4-6, umumnya mereka berumur 15-17 tahun. Pada tingkatan yang keempat ini siswa diberi kebebasan untuk memilih jalur kejuruan atau akademis, sehingga setelah memiliki mereka dibedakan menjadi dua kelompok  sesuai dengan pilihannya tersebut.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa para siswa di sekolah-sekolah menengah atas, diberikan kebebasan memilih jalur akademik atau kejuruan. Atas dasar pilihan tersebut, maka terdapat 3 jenis sekolah menengah atas, yaitu jenis sekolah menengah atas akademik, sekolah menengah kejuruan, dan juga sekolah menengah komprehensif yang menawarkan atau menyelenggarkan kedua jalur tersebut. Para siswa yang memilih jalur akademis biasanya berniat untuk masuk ke universitas, sedangkan siswa yang memilih jalur kejuruan biasanya berniat untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.
Sekolah-sekolah yang berstatus negeri diatur oleh pemerintah, sedangkan sekolah-sekolah swasta dikelola oleh masyarakat. Sekolah-sekolah kota umumnya melayani anak-anak mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas yakni sampai anak berusia 17 tahun. Mengenai anggaran pendidikan, pemerintah Thailand memberikan lebih sedikit untuk sekolah-sekolah di pedesaan dibandingkan dengan sekolah-sekolah di perkotaan, disebabkan karena keterbatasan anggaran pendidikan. Perbedaan perlakuan itu mengindikasikan adanya ketimpangan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal alokasi dan distribusi anggaran pendidikan untuk sekolah.
Dalam pengelolaan pendidikan non formal khususnya untuk pendidikan orang dewasa di Thailand tercakup dalam 3 program besar, yaitu :
a.       Kampanye Pemberantasan Buta Aksara
Kampanye ini bertujuan untuk memberantas buta huruf Thai dan bukan buta huruf latin. Kampanye bertujuan untuk mengajar penduduk Thailand berumur diatas 14 tahun yang masih buta aksara agar dapat membaca dan menulis aksara Thai. Bila mereka dapat mengikuti dan dianggap dapat menyelesaikan pengajaran ini maka mereka dihargai sama dengan telah menyelesaikan kelas 2 sekolah dasar.
b.      Pendidikan Baca Tulis Fungsional
Merupakan kelanjutan dari program kampanye pemberantasan buta aksara. Materi baca tulis fungsional adalah paduan dari materi: ekonomi, kesehatan, kewarganegaraan, keluarga berencana, perbaikan dan peningkatan diri sendiri. Apabila seseorang dapat menyelesaikan program baca tulis fungsional maka ia dapat disetarakan dengan menyelesaikan sekolah dasar 4 tahun.
c.       Pendidikan Dasar berkelanjutan
Adalah pendidikan non formal yang setara dengan sekolah dasar. Program ini diikuti oleh mereka yang telah menyelesaikan program kampanye pemberantasan buta aksara. Program ini tidak perlu diselsesaikan dalam waktu enam tahun, melainkan dimungkinkan ditempuh dalam waktu minimal satu setengah tahun. Bila warga negara merasa sudah siap, maka ia dapat diperkenankan mengikuti ujian persamaan SD.[8]
3.      Irak
Pendidikan di Irak dikelola oleh Departemen Pendidikan. Departemen Pendidikan menangani beberapa masalah, yang antara lain sebagai berikut :
a.       Pendidikan dasar, yang berlaku untuk semua anak usia sekolah.
b.      Pendidikan untuk orang dewasa.
c.       Pendidikan menengah dan kejuruan.
d.      Pendidikan tinggi.
·         Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar wajib diikuti dan berlangsung selama 6 tahun, jika muridnya berhasil. Karakter kurikulumnya amat berorientasi tradisional dan banyak waktu pelajaran di kelas yang dihabiskan untuk belajar bahasa Arab klasik, kajian Al Qur’an dan lainnya. Pola pengajarannya sebagian besar mempresentasikan fakta yang harus dihafal oleh siswa tanpa daya kritis.
·         Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah di Irak dibagi ke dalam 2 tingkat yang masing-masing berlangsung selama 3 tahun. Sejak tahun 1950, pendidikan menengah dibagi menjadi program sekolah umum dan kejuruan.

·         Pendidikan Swasta
Pendidikan swasta memainkan peran penting, tetapi kian merosot pengaruhnya di Irak. Akibatnya, lembaga pendidikan swasta di Irak, hanya ada pada level menengah atau tinggi.
·         Pendidikan Guru
Lebih dari 30 sekolah menawarkan kuliah 3 tahun bagi lulusan sekolah menengah yang hendak mengajar di sekolah dasar. Lulusan sekolah persiapan juga bisa melengkapi kuliahnya hanya dalam waktu 2 tahun. Kurikulumnya meliputi sejumlah mata pelajaran akademik umum dan kuliah khusus pedagogis.
·         Pendidikan Kaum Dewasa
Irak, yang rata-rata angka buta hurufnya sekitar 50 %, mengakui perlunya peningkatan pendidikan kaum dewasa. Walaupun program umumnya berkaitan dengan pelayanan pelatihan baca tulis, usaha yang sukses juga telah dicapai dengan memasukkan pelatihan kesehatan, masalah sosioekonomi, agama dan aritmatika sebagai materi.
·         Pendidikan Tinggi
Pendidikan universitas modern secara resmi telah diatur oleh undang-undang No 60 Tahun 1956 yang menyebutkan pendidikan universitas Baghdad. Universitas tersebut diakui oleh hukum melalui promosi kegiatan penelitian ilmiah dan pengembangan, peningkatan, dan pemeliharaan warisan negara Islam-Arab. Biaya tunjangan dan universitas seluruhnya ditanggung oleh negara. [9]
























                                                                                                                               
KESIMPULAN
Dari uraian perbandingan pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk indikator penggolongan negara maju dan berkembang, dapat dilihat berdasarkan :
a.       Indikator kuantitatif (data yang dapat dihitung)
Ø  Jumlah dan kepadatan penduduk
Ø  Tingkat pertumbuhan penduduk
Ø  Angka beban tanggungan
Ø  Usia harapan hidup
b.      Indikator Kualitatif (data yang hanya dapat dibandingkan)
Ø  Etos kerja dan pola pikir
Ø  Tingkat pendidikan
Ø  Mata pencaharian
Ø  Tingkat kesehatan
Ø  Pendapatan
Ø  Tingkat kesadaran hukum
Perbandingan pendidikan negara maju dan berkembang
No
Negara Maju
Negara Berkembang
1.
Sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara optimal
Pemanfaatan sumber daya alam belum optimal
2.
Dapat mengatasi masalah kependudukan
Memiliki berbagai masalah kependudukan
3.
Tingkat kualitas hidup masyarakat tinggi
Kualitas penduduk relatif rendah ;produktivitas rendah
4.
Tingkat pendidikan relatif tinggi
Tingkat pendidikan masih rendah
5.
Tingkat pendapatan relatif tinggi
Tingkat pendapatan masih rendah
6.
Tingkat kesehatan sudah baik
Tingkat kesehatan belum baik
7.
Tercukupinya penyediaan fasilitas umum
Kemiskinan dan pengangguran relatif tinggi
8.
Kesadaran hukum, kesetaraan gender, dan penghormatan terhadap HAM relatif rendah
Kesadaran hukum, kesetaraan gender, dan penghormatan terhadap HAM dijunjung tinggi

Untuk masalah pendidikan, sebenarnya setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang hampir memiliki pola pendidikan yang sama, yaitu dari jenjang pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi. Dan untuk jenisnya, juga hampir sama yaitu pendidikan akademik maupun kejuruan. Hanya saja, dalam masalah anggaran pendidikan, antara negara maju dan berkembang mempunyai sumber dana yang berbeda. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa keadaan ekonomi suatu negara menjadi faktor penting dalam mengatasi masalah pendanaan pendidikan dengan didukung faktor lain seperti yang dapat dilihat dalam tabel diatas dan penjelasan sebelumnya. Pendidikan di negara berkembang juga lebih menitikberatkan pada masalah pemerataan akses pendidikan, seperti pemberantasan buta huruf dan pengembangan sekolah untuk daerah pedesaan. Sedangkan pendidikan di negara maju lebih fokus untuk menerapkan hasil pembelajaran/pendidikan di sekolah untuk diterapkan dalam kehidupan nyata.


DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Abd. Rachman, 2003, Internasionalisasi Pendidikan; Sketsa Perbandigan Pendidikan di Negara-negara Islam dan Barat, Yogyakarta: Gama Media
Rohman,Arif, 2010, Pendidikan Komparatif; Menuju ke Arah Metode Perbandingan Pendidikan Antar Negara, Yogyakarta: Laksbang Grafika
www.google.com//www. IndonesiaIndonesia.com-Negara Berkembang dan Negara Maju. Diakses pada Tanggal 5 April 2012.


[1] www.google.com//www. IndonesiaIndonesia.com-Negara Berkembang dan Negara Maju. Diakses pada Tanggal 5 April 2012.
[3] Abd. Rachman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan; Sketsa Perbandigan Pendidikan di Negara-negara Islam dan Barat, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hlm. 169-188
[4]  Ibid,..hlm. 155-166
[5] Lukman Hakin Sidik, www.google.com//Lukman is a Lucky man blogspot.com-sistem pendidikan di negara maju, Diakses pada Tanggal 5 Maret 2012
[6] Arif Rohman, Pendidikan Komparatif; Menuju ke Arah Metode Perbandingan Pendidikan Antar Negara, (Yogyakarta: Laksbang Grafika, 2010), hlm. 182
[7]  Abd. Racman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan,..hlm. 115-118
[8] Arif Rohman, Pendidikan Komparatif,.. hlm. 197-203
[9]  Abd. Rachman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan,.. hlm. 89-99