BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Peserta didik merupakan pribadi yang sedang berkembang menuju ke
masa kedewasaannya. Dan dalam proses perkembangan itu di pengaruhi oleh
berbagai faktor, baik dari faktor internal maupun eksternal. Pada proses
perkembangan, peserta didik melewati fase-fase perkembangan yang ditandai
dengan adanya berbagai perubahan menuju ke
arah kematangan dalam berbagai aspek. Untuk melewati fase-fase tersebut,
terkadang mereka harus melewati tantangan dan masa-masa sulit dalam rangka
mempersiapkan diri menuju ke masa kedewasaan. Oleh karena itu diperlukan arahan
atau bimbingan oleh orang dewasa guna mencapai masa kedewasaan yang ideal.
Salah satunya adalah melalui layanan bimbingan pendidikan di sekolah.
Bimbingan itu sendiri merupakan suatu proses membantu individu
melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar
memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Bimbingan merupakan
proses yang dilakukan secara terus menerus agar individu mencapai kemampuannya
secara maksimum.[1]
Hal ini sangat relevan dengan rumusan tujuan pendidikan yaitu sebagai usaha
sadar untuk mengembangkan kepribadian dan potensi, bakat, minat dan
kemampuannya. Untuk itulah, perlu adanya bimbingan pendidikan maupun bimbingan
belajar guna membantu mewujudkan tujuan pendidikan tersebut dan dalam rangka
membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian bimbingan pendidikan?
2.
Apa
saja tujuan bimbingan pendidikan?
3.
Bagaimana
prinsip menyusun program bimbingan pendidikan?
4.
Bagaimana
hubungan bimbingan pendidikan dengan bimbingan belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance)
Beberapa
pendapat para tokoh tentang pengertian bimbingan pendidikan :
·
W.
S. Winkel SJ. Menyatakan bahwa: bimbingan pendidikan adalah bimbingan dalam
menemukan cara belajar yang tepat untuk mengatasi kesukaran-kesukaran mengenai
belajar dan dalam memilih jenis/jurusan yang sesuai.
·
J.
D. Hopfengarder memandang : bimbingan pendidikan sebagai bagian integral dari
program sekolah yang ditujukan untuk mengembangkan dan menggunakan
kemampuan-kemampuannya sehingga mereka dapat memperoleh nilai maksimal dalam
pendidikan formalnya.
·
Ruth
Strong merumuskan bahwa : bimbingan pendidikan sebagai bantuan yang diberikan
kepada siswa agar dapat memilih program yang cocok dan mencari
kemajuan-kemajuan melalui program yang dipilihnya.
·
Brewer,
tentang pendapatnya mengenai educational guidance menganggap sebagai suatu
usaha yang dengan sengaja dilakukan untuk pertumbuhan mental individu.[2]
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan
pendidikan merupakan bantuan yang diberikan kepada anak yang dapat berupa
informasi pendidikan, cara belajar yang efektif, pemilihan jurusan, lanjutan
sekolah, mengatasi masalah belajar, mengembangkan kemampuan dan kesanggupan
secara optimal dalam pendidikan atau membantu agar para siswa dapat sukses
dalam belajar dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan sekolah.[3]
B.
Tujuan Bimbingan Pendidikan
Bimbingan pendidikan bertujuan untuk membantu murid dalam menghadapi
dan memecahkan masalah-masalah dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan
kegiatan pendidikan, maka akan timbul berbagai persoalan terutama bagi murid
sendiri. Sesuai dengan itu, maka bimbingan pendidikan memberikan bantuan kepada
murid dalam hal :
1.
Pengenalan
terhadap situasi pendidikan yang dihadapi
Dalam situasi pendidikan yang
dihadapi oleh murid-murid, maka murid perlu mendapat bantuan. Bantuan tersebut
dapat berupa; sistem belajar, buku-buku, metode belajar, alat-alat pelajaran
dan sebagainya. Program orientasi merupakan salah satu cara untuk mencapai hal
tersebut.
2.
Pengenalan
terhadap studi lanjutan
Bantuan ini terutama diberikan
kepada murid-murid kelas terakhir yang akan meninggalkan sekolah dan akan
melanjutkan studinya. Pengenalan yang diberikan antara lain mengenai
jenis-jenis sekolah yang dapat dimasuki, syarat-syarat masuk ke sekolah
lanjutan, cara-cara pemilihan jurusan yang sesuai dan sebagainya.
3.
Perencanaan
pendidikan
Untuk mencapai sukses dalam
pendidikan, harus dibuat suatu rencana yang jelas dan nyata mengenai
kemungkinan-kemungkinan pendidikan yang akan ditempuhnya. Murid perlu mendapat
bantuan sesuai dengan cita-citanya, bakat, minat dan sebagainya. Dengan
demikian, murid dapat menempuh suatu pendidikan yang didasari oleh suatu
rencana yang nyata, sehingga lebih menjamin tercapainya suatu tujuan.
4.
Pendidikan
spesialisasi
Pada saat-saat tertentu murid
dihadapkan kepada pemilihan suatu spesialisasi (kekhususan), misalnya,
pemilihan jurusan pada kelas-kelas terakhir di SMA, pemilihan jurusan di
perguruan tinggi, dan lain-lain. Dalam sekolah komprehensif ( sekolah
pembangunan ) , masalah spesialisasi ini memegang peranan penting terutama pada
kelas-kelas tinggi. Pemilihan ini akan menentukan suksesnya individu di masa
mendatang. Oleh karena itu, murid harus benar-benar mendapat bantuan yang
nyata.[4]
Sedangkan Dewa Ketut Sukardi, dalam
bukunya dasar-dasar bimbingan dan penyuluhan di sekolah menyebutkan bahwa
tujuan dari bimbingan pendidikan ( educational guidance ) secara garis besarnya
adalah untuk :
1.
Membantu
para siswa untuk menilai potensi-potensi, kemampuan-kemampuan, bakat dan
minatnya, sifat-sifat pribadinya yang berhubungan dengan pelajaran.
2.
Membantu
siswa untuk mengetahui berbagai kemungkinan pendidikan yang ada padanya.
3.
Memilih
sekolah, universitas, institute, sekolah tinggi atau pusat latihan yang cocok dengan
pilihannya.
4.
Membantu
siswa untuk menentukan segi-segi kelemahan dan kekuatan yang ada pada diriya
guna keberhasilan pendidikannya.
5.
Membantu
siswa untuk menyesuaikan diri dengan suasana sekolah, sehingga dapat
mengarahkan semua potensi, kemampuan, bakat dan minatnya untuk mencapai
keberhasilan dalam belajarnya.
Supaya pelaksanaan layanan educational guidance dapat mencapai
tujuan yang diharapkan, maka ada beberapa data yang diperlukan, yaitu :
1.
Data-data
tentang latar belakang keluarga, kemampuan intelektual, bakat khusus, minat,
cita-cita dan kemampuan finansial.
2.
Jenis
atau jurusan sekolah yang mempersiapkan para siswa untuk memasuki jenjang
pendidikan tinggi di universitas, institute, sekolah tinggi atau akademi dengan
variasi jurusan/program, departemen atau fakultas tertentu.
3.
Ciri-ciri
khas dari jenis-jenis atau jurusan sekolah serta isi kurikulum silabusnya dan
persyaratan khusus yang dituntut dalam hal-hal kemampuan intelektual, bakat,
minat dan finansial.
4.
Status
dari universitas, institut, sekolah tinggi, dan akademi ( terdaftar, diakui,
dan disamakan), serta berbagai kemungkinan pengembangan karir setelah tamat
studi.
5.
Berbagai
kemungkinan konkrit untuk memasuki program studi tertentu diantaranya :
tuntutan tes masuk, jangka waktu studi,tuntutan financial ( pemondokan, biaya
SPP, pengadaan literatur ).
C.
Prinsip Bimbingan Pendidikan
Selanjutnya, ada beberapa prinsip
yang harus diperhatikan dalam menyusun program bimbingan pendidikan, antara
lain :
1.
Hendaknya
layanan yang diberikan oleh program bimbingan pendidikan merupakan pelayanan
continue dan lengkap.
2.
Pelayanan
yang diberikan oleh bimbingan pendidikan hendaknya disusun sedemikian rupa,
sehingga tidak terbatas kepada pemecahan masalah yang timbul, akan tetapi
berkelanjutan sampai kepada faktor penyebabnya.
3.
Hendaknya
layanan yang dilakukan oleh bimbingan pendidikan serasi dengan jenis-jenis
layanan bimbingan lainnya di sekolah.
4.
Hendaknya
layanan yang diberikan oleh bimbingan pendidikan di sekolah selalu berkaitan
dengan layanan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga di luar sekolah.
Berdasarkan prinsip diatas, maka
suatu program layanan bimbingan pendidikan yang baik harus terencana dan
teroganisir dengan baik pula, yang meliputi berbagai usaha, diantaranya :
1.
Memberikan
berbagai informasi kepada siswa baru mengenai tujuan pendidikan pada sekolah
itu, kurikulum, penyesuaian diri di sekolah, cara belajar yang efektif,
macam-macam jurusan dan syarat-syarat atau norma penjurusan, struktur
organisasi siswa dan sekolah. Usaha semacam ini bisa dilakukan pada masa pekan
orientasi studi siswa pada tiap-tiap tahun ajaran baru dimulai.
2.
Informasi
kepada siswa tentang beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses
belajar baik di sekolah maupun di rumah. Terpenuhinya berbagai persyaratan dan
kebutuhan dalam belajar siswa akan memberikan dampak yang positif dalam
pendidikan anak.
3.
Informasi
tentang beberapa kemungkinan dan kesempatan untuk melanjutkan studi atau
memilih lapangan kerja ( karir ) setelah menyelesaikan studi pada sekolah itu.
4.
Pengumpulan
data mengenai hasil tes psikologis, prestasi belajar siswa setiap semester
untuk masing-masing bidang studi.
5.
Wawancara
penyuluhan untuk membicarakan berbagai permasalahan yang berhubungan dengan
kesulitan belajar, kemunduran prestasi, masalah penjurusan dan sekolah sambungan.
6.
Informasi
tentang beberapa perguruan tinggi yang bisa dimasuki tanpa melalui tes, tetapi
melaui jalur bakat dan prestasi khususnya pada proyek perintis, serta
persyaratan yang dituntut untuk mencapai. [5]
D.
Hubungan Bimbingan Pendidikan dengan Bimbingan Belajar
Menurut penulis, dalam program bimbingan pendidikan terdapat program
bimbingan belajar, yang mana tujuannya adalah untuk membantu mengatasi
permasalahan yang dihadapi siswa yang berkaitan dengan proses belajarnya,
sehingga masalahnya menjadi tidak berlarut-larut. Bimbingan belajar itu sendiri
merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang diselenggarakan di sekolah.
Layanan bimbingan belajar dilaksanakan dengan melalui tahap-tahap :
a.
Pengenalan
siswa yang mengalami masalah belajar
Masalah belajar memiliki bentu yang
banyak ragamnya, yang pada umumnya dapat digolongkan menjadi beberapa, yaitu :
·
Keterlambatan
akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki inteligensi yang cukup
tinggi tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
·
Ketercepatan
dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang cukup
tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas
khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang mat tinggi itu.
·
Sangat
lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang
kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau
pengajaran khusus.
·
Kurang
motivasi dalam belajar, yaitu kedaaan siswa yang kurang bersemangat dalam
belajar. Mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
·
Bersikap
dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatan atau
perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti
suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau
bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.
b.
Pengungkapan
sebab timbulnya masalah belajar
Siswa yang mengalami masalah belajar
seperti tersebut dapat dikenali melalui prosedur pengungkapan melalui tes hasil
belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar
serta pengamatan.
·
Tes
Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah suatu alat
yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Siswa dikatakan telah mencapai
tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai sebagian besar materi yang
berhubungan dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Siswa yang belum
menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan, dikatakan
belum menguasai tujuan pengajaran. Siswa yang seperti ini digolongkan sebagai
siswa yang mengalami masalah dalam belajar dan memerlukan bantuan khusus.
Sedangkan siswa yang sudah menguasai secara tuntas semua bahan yang disajikan
sebelum batas waktu yang ditetapkan berakhir, digolongkan sebagai siswa yang
sangat cepat dalam belajar. Mereka patut mendapat tugas-tugas tambahan sebagai
pengayaan.
Cara lain untuk melihat derajat
keberhasilan belajar siswa adalah dengan memperhatikan kurva yang dibentuk oleh
nilai-nilai hasil belajar yang dicapai oleh kelompok siswa . tingkat
keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan dengan melihat kedudukan nilai
siswa yang bersangkutan pada kurva. Nilai yang terletak di tengah kurva
menandakan bahwa siswa yang mencapai nilai itu tergolong sedang, yang disebelah
kanan kurva tergolong pandai, dan yang berada di ujung kurva sebelah kanan tergolong
amat pandai. Sebaliknya, yang berada di sebelah kiri tergolong lambat, dan yang
di ujung kiri termasuk lambat sekali. Dengan penggolongan ini dapat diketahui
siapa saja yang memerlukan bantuan khusus dan siapa yang memerlukan materi
tambahan.
·
Tes
Kemampuan Dasar
Tingkat kemampuan dasar ini biasanya
di ukur atau di ungkapkan dengan mengadministrasikan tes inteligensi yang sudah
baku. Dalam banyak skala inteligensi, kemampuan dasar manusia di klasifikasikan
sebagai berikut :
I.Q
|
Tingkat
Kemampuan
|
140 ke atas
|
Sangat cerdas
|
120-139
|
Cerdas
|
110-129
|
Di atas rata-rata
|
90-109
|
Normal atau rata-rata
|
80-89
|
Di bawah rata-rata
|
70-79
|
Bodoh
|
Di bawah 70
|
Sangat bodoh
|
Hasil belajar siswa seharusnya dapat mencerminkan tingkat kemampuan
dasar yang dimilikinya. Siswa yang kemampuan dasarnya tinggi akan mencapai
hasil belajar yang tinggi pula. Bilamana seorang siswa mencapai hasil belajar
lebih rendah dari teraan inteligensi yang dimilikinya, maka siswa yang
bersangkutan digolongkan sebagai siswa yang mengalami masalah dalam belajar.
·
Skala
Sikap dan Kebiasaan Belajar
Sebagian dari hasil belajar
ditentukan oleh sikap dan kebiasaan yang dilakukan siswa dalam belajar. Dan
sebagian dari sikap dan kebiasaan siswa belajar itu dapat diketahui dengan
mengadakan pengamatan dalam kelas. Dengan memperhatikan derajat sikap dan
kebiasaan belajar siswa itu akan dapat diketahui siswa mana yang sikap dan
kebiasaan belajarnya sudah memadai dan perlu terus dipelihara serta siswa mana
yang memerluan bantuan khsusus dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar
yang belum sebagaimana dikehendaki.
·
Tes
Diagnostik
Merupakan instrument untuk
mengungkapkan adanya kesalaahn-kesalahan yang di alami oleh siswa dalam bidang
pelajaran tertentu. Dengan tes diagnostik sebenarnya sekaligus dapat diketahui
kekuatan dan kelemahan siswa. Semakin sedikit siswa membuat kesalahan pada tes diagnostik,
maka kuatlah siswa pada materi pelajaran yang bersangkutan dan sebaliknya.
·
Analisis
Hasil Belajar atau Karya
Analisis hasil belajar merupakan
prosedur yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan memeriksa secara langsung
materi hasil belajar yang ditampilkan siswa, baik melalui tulisan, bentuk
grafik atau gambar, bentuk tiga dimensi yang berupa model, maket dan bentuk
lainnya serta gerak dan suara. Bentuk hasil belajar yang lain dapat berupa
foto, film ataupun rekaman video.
Dalam analisis hasil belajar atau
hanya materi yang dimaksudkan dicermati melalui pengamatan yang sistematik
dengan menggunakan pedoman tertentu. Hasil pengamatan itu dibandingkan dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Perbandingan hasil pengamatan terhadap kriteria
itu akan memperlihatkan kekuatan dan kelemahan si pembuat hasil karya itu.
c.
Upaya
Membantu Siswa yang Mengalami masalah Belajar
Siswa yang mengalami masalah belajar
perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya
dapat mempengaruhi proses perkembangan siswa. Upaya yang dapat dilakukan adalah
:
·
Pengajaran
Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu
bentuk bantuan yang diberikan kepada seorang atau kelompok siswa yang
menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan
dalam proses dan hasil belajar mereka. Dibandingkan dengan pengajaran biasa,
pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus, karena bahan, metode dan
pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah yang
dihadapi siswa.
·
Kegiatan
Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu
bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa yang
sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang
terencana untuk menambah dan memperluas pengetahuan serta keterampilan yang
telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya.
·
Peningkatan
Motivasi Belajar
Guru, konselor dan staf sekolah
lainnya berkewajiban membantu siswa meningkatkan motivasinya dalam belajar.
Prosedur yang dapat dilakukan adalah :
ü Memperjelas tujuan belajar
ü Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, minat dan kemampuan siswa
ü Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan
menyenangkan
ü Memberi hadiah ( penguatan ) dan hukuman bilamana perlu
ü Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru
dan murid, serta antara murid dengan murid
ü Menghindari tekanan dan suasana yang tidak menentu ( seperti
suasana menakutkan, mengecewakan, membingungkan, menjengkelkan )
ü Melengkapi sumber dan peralatan belajar.
·
Pengembangan
Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
Sikap dan kebiasaan belajar yang
baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan seringkali perlu ditumbuhkan
melalui bantuan yang terencana, terutama oleh guru, konselor, dan orang tua
siswa. Untuk itu, siswa hendaklah dibantu dalam hal menemukan motif yang tepat
dalam belajar, memelihara kondisi kesehatan yang baik, mengatur waktu belajar,
dan kegiatan lainnya.
Berdasarkan hasil pengungkapan
kelemahan dan kekuatan siswa dengan menggunakan instrument yang telah
disebutkan di atas, konselor dan guru dapat merancang layanan bimbingan belajar
bagi siswa yang memerlukannya, baik layanan individual maupun kelompok, baik
dalam bentuk penyajian klasikal, kegiatan kelompok belajar, bimbingan/konseling
kelompok atau individual atau kegiatan lainnya.[6]
BAB III
KESIMPULAN
Bimbingan pendidikan merupakan bantuan yang diberikan kepada anak
yang dapat berupa informasi pendidikan, cara belajar yang efektif, pemilihan
jurusan, lanjutan sekolah, mengatasi masalah belajar, mengembangkan kemampuan
dan kesanggupan secara optimal dalam pendidikan atau membantu agar para siswa
dapat sukses dalam belajar dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan
sekolah. Bimbingan pendidikan bertujuan untuk membantu murid dalam menghadapi
dan memecahkan masalah-masalah dalam bidang pendidikan.
Selanjutnya ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
menyusun program bimbingan pendidikan agar layanan bimbingan pendidikan dapat
terencana dan terorganisir dengan baik. Dan dalam layanan bimbingan pendidikan
mengandung program bimbingan belajar yang dapat dilaksanakan dengan melalui
tahap pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, pengungkapan sebab
timbulnya masalah belajar dan upaya membantu mengatasi siswa yang mengalami
masalah belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
Abu, 1977, Bimbingan dan Penyuluhan
di Sekolah, Semarang: Toha Putra
Gunawan, Yusup, 1992 dkk, Pengantar Bimbingan dan Konseling:
Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Hallen,
2002, Bimbingan dan Konseling,
Jakarta: Ciputat Pers
Prayitno, Amti, Erman, 2004, Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling, Jakarta :
PT Rineka Cipta
Sukardi, Dewa Ketut,
1983, Dasar-dasar Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional
[1] Hallen, Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta:
Ciputat Pers, 2002 ), hal. 4
[2] Dewa Ketut
Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, ( Surabaya:
Usaha Nasional, 1983), hal. 24
[3] Yusup Gunawan, dkk, Pengantar Bimbingan
dan Konseling: Buku Panduan Mahasiswa, ( Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,
1992), hal. 46-47
[4] Abu Ahmadi, Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah, ( Semarang: Toha Putra, 1977), hal. 20
[5] Dewa Ketut Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan
dan Penyuluhan,…hal. 26-28
[6] Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004 ), hal.279-288