Maret 28, 2012

Pendidikan sebagai Human Capital

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pendidikan merupakan keniscayaan hidup. Ketika struktur masyarakat semakin berkembang dan kompleks, maka kebutuhan pengetahuan dan pemberdayaan masyarakat pun ikut meningkat. Pendidikan menjadi sarana untuk mengembangkan kualitas diri. Dalam pandangan ekonomis, pendidikan merupakan alat pokok yang harus menyediakan tenaga kerja yang refleksif, seperti guru, ilmuwan, peneliti, intelektual mapun pemikir.
Mereka memang bukan termasuk tenaga kerja yang digunakan untuk tujuan meningkatkan produktivitas kerja yang langsung. Namun, pada era globalisasi ini mereka merupakan bagian dari lingkaran ekonomi, sebab negara atau perusahaan benar-benar membutuhkan mereka. Tenaga kerja refleksif memang tidak produktif kalau dilihat dari aspek produksi langsung nilai lebih.
Namun, mereka memberi dampak berantai (net effect) terhadap produksi nilai lebih sesuai dengan bidang yang digeluti masing-masing. Selain itu, sektor pendidikan juga harus bisa menyediakan tenaga produktif terlatih, misalnya, untuk tenaga kerja langsung bagi pabrik-pabrik, perusahaan pemroses makanan, otomotif, tekstil dan juga berbagai jenis perusahaan jasa.
Skill dan kemampuan mereka akan memberikan nilai lebih atau nilai produktif langsung kepada perusahaan. Mereka inilah yang merealisasikan apa yang telah dirintis dan dihasilkan oleh tenaga kerja reflektif. Jadi, peran pengetahuan dan pemberdayaan sumber daya manusia itu sangat penting. Kemajuan sebuah negara, salah satunya sangat ditentukan oleh mutu pengelolan sektor pendidikan.[1]
B.  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian human capital?
2.      Mengapa  pendidikan disebut sebagai human capital?
3.      Apa peranan pendidikan sebagai human capital?




























BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Human Capital
Teori human capital adalah suatu pemikiran yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk kapital atau barang modal sebagaimana barang-barang modal lainnya, seperti tanah, gedung, mesin, dan sebagainya. Human capital dapat didefinisikan sebagai jumlah total dari pengetahuan, skill, dan kecerdasan rakyat dari suatu negara.
Investasi tersebut (human capital) dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh tingkat konsumsi yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Walaupun kontroversi mengenai diperlakukannya human resources sebagai human capital belum terselesaikan, namun beberapa ekonom klasik dan neo-klasik seperti Adam Smith, Von Threnen, dan Alfred Marshall sependapat bahwa human capital terdiri dari kecakapan-kecakapan yang diperoleh melalui pendidikan dan berguna bagi semua anggota masyarakat. Kecakapan-kecakapan tersebut merupakan kekuatan utama bagi pertumbuhan ekonomi.
Di samping masih adanya perbedaan pendapat mengenai konsep human capital, juga terdapat perbedaan pendapat mengenai pengukurannya. Menurut Mary Jean Bowman perbedaan pendapat tersebut bersumber pada dua hal, yaitu, pertama mengenai persoalan apakah kapital (human capital) itu sebagai persediaan (store) ataukah sebagai input terhadap produksi. Kedua, berkenaan dengan pembobotan. Dalam pembobotan ini terlihat adanya upaya-upaya untuk memperlakukan ukuran-ukuran kuantitatif dan kualitatif dalam satuan-satuan human capital. Namun belum ada kesepakatan mengenai perlakuan pengukuran kuantitatif dalam human capital. Suatu ukuran pendididikan yang diwujudkan dalam labor force dapat digunakan untuk mengubah kualitas menjadi kuantitas. Komponen-komponen pendidikan kemudian menjadi variabel yang spesifik yang dapat dibandingkan dengan kapital fisik, dan ukuran angkatan kerja dalam pertumbuhan ekonomi.[2]
B.       Pendidikan sebagai Human Capital
Alasan mengapa pendidikan sebagai Human Capital adalah karena Pendidikan merupakan investasi yang paling penting dalam modal manusia untuk menjawab tantangan global pada saat ini. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa sekolah tinggi dan pendidikan tinggi di Amerika Serikat sangat meningkatkan pendapatan seseorang, bahkan setelah dikurangi keluar biaya langsung dan tidak langsung sekolah, dan bahkan setelah disesuaikan untuk fakta bahwa orang dengan pendidikan lebih cenderung memiliki IQ yang lebih tinggi dan lebih baik berpendidikan.
Bukti serupa yang mencakup bertahun-tahun sekarang tersedia dari lebih dari seratus negara dengan budaya yang berbeda dan sistem ekonomi. Pendapatan dari lebih banyak orang berpendidikan hampir selalu jauh di atas rata-rata, walaupun keuntungan umumnya lebih besar di negara-negara berkembang. Tentu saja, pendidikan formal bukan satu-satunya cara untuk berinvestasi dalam modal manusia. Pekerja juga belajar dan dilatih di luar sekolah, terutama pada pekerjaan. Bahkan lulusan perguruan tinggi tidak sepenuhnya siap menghadapi pasar tenaga kerja ketika mereka meninggalkan sekolah dan harus dipasang ke pekerjaan mereka melalui program pelatihan formal dan informal.
Oleh karena itu keahlian dan kecakapan seseorang dalam menghadapi persaingan tenaga kerja sangat dipengahuri oleh seberapa tinggi dan luasnya pendidikan yang dimiliki masing-masing individu. Maka dari itu diperlukannya usaha-usaha dan program-program untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan bermutu tinggi untuk menghadapi persaingan internasional karena dunia kerja sangat menunutut untuk memperoleh sumber daya manusia yang bervarietas tinggi.[3]
Mengapa pendidikan harus dimaknai sebagai investasi masa depan? Karena pendidikan itu sendiri adalah alat untuk mengembangkan ekonomi dan bukan sekedar menumbuhkan ekonomi. Dalam praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis dari tataran individual sampai kepada tataran yang lebih luas. Fungsi teknis-ekonomis mengarah kepada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Sebagai contoh misalnya, pendidikan dapat membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan agar manusia dapat survive dan mampu bersaing dalam kehidupan ekonomi yang makin kompetitif.
Kita dapat melihat, pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat kehidupan ekonominya. Hal ini bisa saja terjadi, sebab manusia yang lebih terdidik berkecenderungan lebih produktif dibandingkan dengan manusia-manusia yang tidak terdidik. Mengapa mereka yang berpendidikan lebih tinggi memiliki kecenderungan untuk dapat hidup lebih baik? Sebab mereka memiliki keterampilan teknis yang diperolehnya dari dunia pendidikan. Oleh karena itu, salah satu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan adalah pengembangan keterampilan hidup (life skill). Hal ini sejalan dengan apa yang dicita-citakan oleh para stakeholder pendidikan dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Berbasis Karakter yang tengah dikembangkan di Indonesia saat ini.[4]
C.      Peran Pendidikan sebagai Human Capital
Peranan pendidikan dalam kehidupan adalah sangat penting karena di era globalisasi sekarang ini dunia kerja menuntut sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas oleh karena itu dunia pendidikan mau tidak mau harus dapat menciptakan wadah baik dalam sarana dan prasarana maupun dalam bentuk pelatihan-pelatihan tenaga kerja yang terampil.
Human capital bukanlah  memposisikan manusia sebagai modal layaknya mesin, sehingga seolah-olah manusia sama dengan mesin, sebagaimana teori human capital terdahulu. Namun setelah teori ini semakin meluas, maka human capital justru bisa membantu pengambil keputusan untuk memfokuskan pembangunan manusia dengan menitikberatkan pada investasi pendidikan (termasuk pelatihan).
Telah banyak sumber dan pakar ekonomi pendidikan mengatakan bahwa pendidikan memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Berbagai kajian akadernis dan kajian empiris telah membuktikan hal ini. Pendidikan bukan saja akan melahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas (merniliki pengetahuan dan keterampilan serta· menguasai teknologi) tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. 
Salah satu ciri Negara maju adalah tingginya tingkat pendidikan dan penguasaan teknologi oleh karena itu pendidikan sangat di tekankan untuk meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia seperti adanya pelatihan skill,keterampilan dan pengetahuan tentang dunia usaha agar menciptakan sumber daya manusia yang berdaya saing, kompeten, kreatif, berwawasan luas dan mempunyai integritas tinggi yang dibutuhkan oleh berbagai sektor usaha baik sektor industri dan lainnya.[5]







BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
             Human capital dapat didefinisikan sebagai jumlah total dari pengetahuan, skill, dan kecerdasan rakyat dari suatu negara. Investasi tersebut (human capital) dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh tingkat konsumsi yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Alasan mengapa pendidikan sebagai Human Capital adalah karena Pendidikan merupakan investasi yang paling penting dalam modal manusia untuk menjawab tantangan global pada saat ini. Pendidikan  dimaknai sebagai investasi masa depan karena pendidikan itu sendiri adalah alat untuk mengembangkan ekonomi dan bukan sekedar menumbuhkan ekonomi. Dalam praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis dari tataran individual sampai kepada tataran yang lebih luas.
Peran pendidikan sebagai human capital adalah sebagai wadah atau alat untuk mempersiapkan tenaga kerja yang terampil, karena pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendukung dan mampu memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pendidikan sangat ditekankan untuk meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia.











DAFTAR PUSTAKA
Bahagia, Arjuna, www.google.com// Pengertian dan Pengukuran Human Capital, Diakses pada Tanggal 17 Maret 2012
Belajar, Arjuna, www.google.com// Pendidikan sebagai Human Capital, Diakses pada Tanggal 15 Maret 2012
Hanafie, Imam, www.google.com// Pendidikan yang Membebaskan, Diakses pada Tanggal 15 Maret 2012
Jehato, Relly, www.google.com// Memaknai Pendidikan sebagai Kapital, Diakses pada Tanggal 2 November 2011



[1] Relly Jehato, www.google.com// Memaknai Pendidikan sebagai Kapital, Diakses pada Tanggal 2 November 2011
[2]  Arjuna Bahagia, www.google.com// Pengertian dan Pengukuran Human Capital, Diakses pada Tanggal 17 Maret 2012
[3]  Arjuna belajar, www.google.com// Pendidikan sebagai Human Capital, Diakses pada Tanggal 15 Maret 2012
[4]  Imam Hanafie, www.google.com// Pendidikan yang Membebaskan, Diakses pada Tanggal 15 Maret 2012
[5] Arjuna belajar, www.google.com// Pendidikan Sebagai Human Capital,…